Di tengah hiruk pikuk kota Jambi, di antara barisan pesantren yang berdiri sederhana, seorang dokter muda memilih jalannya sendiri. Ia tidak bekerja di rumah sakit besar atau membuka klinik modern di kota, melainkan melangkahkan kaki ke pesantren-pesantren tradisional yang sebagian bahkan belum memiliki sanitasi memadai. Namanya Muhammad Afifi Romadhoni, seorang dokter, santri, sekaligus penggagas Gerakan Pesantren Sehat (GPS), sebuah inisiatif yang sederhana, namun berdampak luar biasa bagi kehidupan para santri.
Bagi Afifi, kebersihan bukan sekadar urusan medis, tapi juga bagian dari nilai spiritual yang perlu ditanamkan sejak dini. “Santri itu calon pemimpin umat,” katanya dalam satu wawancara, “Kalau sejak di pesantren sudah terbiasa hidup bersih, kelak ia akan membawa budaya itu ke masyarakat.”
Berawal dari Pengalaman Pribadi di Pesantren

Afifi lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, pada 13 Maret 1992. Ia tumbuh dalam lingkungan religius dan mengenyam pendidikan di pesantren sejak sekolah dasar hingga madrasah tsanawiyah. Masa kecilnya di pesantren meninggalkan kesan mendalam, terutama tentang bagaimana kebersihan seringkali menjadi hal yang dianggap remeh.
Ia masih mengingat betul bagaimana para santri berbagi kamar sempit, menumpuk pakaian basah, bahkan menggunakan handuk bersama karena keterbatasan fasilitas. Akibatnya, berbagai penyakit kulit hingga infeksi ringan sering muncul. Pengalaman inilah yang kemudian menanamkan kepekaan dalam dirinya. Saat menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Jambi, Afifi mulai berpikir: bagaimana caranya agar para santri bisa hidup lebih sehat tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kesederhanaan pesantren?
Jawaban dari pertanyaan itu lahir pada Mei 2017 melalui Gerakan Pesantren Sehat (GPS).
Gerakan Kecil dengan Dampak Besar
GPS berawal dari satu pesantren kecil di Jambi. Afifi datang bersama beberapa teman sejawatnya untuk memberikan penyuluhan sederhana tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mereka mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan kamar, menjemur kasur, serta pentingnya menggunakan alat makan dan handuk pribadi.
Ternyata, respons para santri luar biasa. Mereka antusias dan bahkan mulai membuat jadwal kebersihan rutin di asrama. Dari sinilah Afifi menyadari, bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dari sebuah kesadaran sederhana.
GPS kemudian berkembang pesat. Tidak hanya sekadar penyuluhan, tapi juga membentuk “dokter pesantren” (doktren), yaitu santri-santri terpilih yang dilatih menjadi agen kesehatan di lingkungan mereka. Para doktren ini menjadi perpanjangan tangan GPS untuk menjaga budaya bersih dan memberi edukasi kesehatan pada sesama santri.
Menebar Inspirasi Lewat Program Sosial dan Edukasi

Di bawah kepemimpinan Afifi, GPS tidak berhenti pada penyuluhan kebersihan. Ia memperluas gerakan ini dengan sejumlah program sosial yang kreatif dan edukatif.
Ada program “Patok” (Pesantren Tanpa Rokok) yang menanamkan kesadaran bahaya merokok. Kemudian “Book4Santri”, gerakan donasi buku untuk memperkaya wawasan santri di luar ilmu agama. Saat bulan Ramadan, GPS menggelar kegiatan “Setara” (Santri Sehat Ramadhan Berkah) yang fokus pada edukasi gizi, kebersihan diri, serta kegiatan sosial seperti berbagi makanan sehat dan peduli lansia di sekitar pesantren.
Yang menarik, setiap kegiatan GPS selalu menekankan pada nilai gotong royong. Afifi tidak pernah ingin gerakannya bergantung pada bantuan besar. Ia justru percaya, bahwa perubahan sejati lahir dari partisipasi kecil yang konsisten.
“Gerakan ini bukan tentang saya,” ujarnya suatu kali, “tapi tentang para santri yang sadar bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari ibadah.”
Merawat Kesehatan, Menanam Harapan

Kini, lebih dari tujuh tahun sejak pertama kali digagas, Gerakan Pesantren Sehat telah menjangkau berbagai pesantren di Provinsi Jambi dan sekitarnya. Banyak pesantren yang dulunya kekurangan fasilitas kini memiliki sistem kebersihan lebih baik, serta santri yang lebih peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan.
Afifi tidak hanya mengubah perilaku, tapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial di kalangan santri. Ia percaya, pendidikan kesehatan harus berangkat dari nilai-nilai yang dekat dengan keseharian mereka. Itulah mengapa setiap kegiatan GPS selalu dikemas dengan pendekatan kultural dan spiritual, menjadikan kebersihan sebagai bagian dari keimanan, bukan sekadar kewajiban medis.
“Sehat itu bukan hanya fisik,” kata Afifi, “tapi juga mental dan spiritual. Dan pesantren punya kekuatan besar untuk membentuk itu semua.”
Pengakuan dan Inspirasi untuk Generasi Muda

Kerja keras dan dedikasi Afifi akhirnya mendapat pengakuan luas. Pada tahun 2019, ia menerima Anugerah SATU Indonesia Awards dari PT Astra International Tbk, kategori Kesehatan. Penghargaan ini diberikan kepada anak muda Indonesia yang dinilai berhasil memberi dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat di bidang masing-masing.
SATU Indonesia Awards sendiri adalah ajang apresiasi tahunan yang digagas Astra sejak 2010. Melalui program ini, Astra ingin menumbuhkan semangat kontribusi sosial dari generasi muda di lima bidang utama: kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Para penerima penghargaan bukan hanya mendapatkan dukungan dana, tetapi juga jejaring kolaborasi yang memperkuat gerakan mereka di berbagai daerah.
Bagi Afifi, penghargaan itu bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Ia berharap, GPS bisa berkembang ke provinsi lain dan melahirkan lebih banyak “dokter pesantren” yang peduli terhadap lingkungan dan kesehatan santri. “Saya ingin setiap pesantren di Indonesia punya budaya bersih dan sehat,” katanya, “karena di sanalah lahir generasi penerus bangsa.”
Muhammad Afifi Romadhoni telah membuktikan bahwa perubahan tidak selalu harus lahir dari proyek besar atau kebijakan megah. Kadang, perubahan itu bermula dari niat tulus seorang santri yang ingin melihat teman-temannya hidup lebih sehat. Dari Jambi, pesan kebersihan itu kini menjalar ke seluruh penjuru negeri, membawa harapan, bahwa setiap langkah kecil untuk kebaikan, sejatinya adalah langkah besar untuk kemanusiaan. #APA2025-BLOGSPEDIA
Referensi:
https://www.antaranews.com/berita/1510950/mohammad-afifi-penggagas-gerakan-pesantren-sehat
https://www.kompas.id/baca/tokoh/2020/08/05/mohammad-afifi-romadhoni-dokter-spesialis-kesehatan-santri
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penebar-pesan-kebersihan-ke-pesantren/
Komentar